A B C D E F G H I J

Asal usul nenek moyangku - Dayak

Tentang asal mula suku bangsa Dayak, banyak teori yang diterima adalah teori imigrasi bangsa China dari Provinsi Yunan di Cina Selatan. Penduduk Yunan ber-imigrasi besar-besaran (dalam kelompok kecil) di perkirakan pada tahun 3000-1500 SM (SM). Sebagian dari mereka mengembara ke Tumasik dan semenanjung Melayu, sebelum ke wilayah Indonesia. Sebagian lainnya melewati Hainan,Taiwan dan filipina.
mungkin itu menjelaskan kenapa  di beberapa sub suku dayak ada yang bermata sipit dan berkulit putih seperti suku kayan, dan kenapa teman-temanku dari kalteng tampangnya seperti china tulen..dan punya warna Favorit yang sama yaitu merah.
Pada migrasi gelombang pertama yang oleh beberapa ahli disebut proto-melayu, datanglah kelompok negroid dan weddid. Sedangkan gelombang kedua, dalam jumlah yang lebih besar di sebut Deutero-Melayu. Para migran Deutero-Melayu kemudia menghuni wilayah pantai Kalimantan dan disebut suku Melayu. Proto-melayu dan Deutero-melayu sebenarnya berasal dari negeri yang sama.

Tokoh Dayak dari masa ke masa

Tokoh masa lalu:

• Nek Riuh, Pendiri Kerajaan Nek Riuh.
• Bujakng Nyangko, Pendiri Kerajaan Samabue
• Nek Maruga, Pendiri Kerajaan Bangkule Rajakng
• Senggauk, Pendiri Kerajaan Senggauk
• Patih Gumantar, Pendiri Kerajaan Mempawah
• Ria Zinir, Pendiri Kerajaan Jering Darit
• Kudungga, Bernama asli Kundung, pendiri kerjaan Kutai (Kerajaan Dayak Tunjung-Benuag) Hindu
• Raden Ismahayana ,Bernama asli Kari, beliau adalah Pendiri Kerajaan Landak
• Demong Irawan, Pendiri Kerajaan Sintang
• Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa

Pertemuan Tumbang Anoi

Tumbang Anoi adalah tempat bersejarah perjalanan masyarakat Dayak. Tumbang Anoi menjadi tempat rapat akbar untuk mengakhiri tradisi ”mengayau” pada tahun 1894. Kini, setelah satu abad berlalu, Tumbang Anoi tetap menjadi sumbu perdamaian bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.
Mengayau atau memenggal kepala musuh dalam perang antarsuku dahulu kala adalah salah satu kebiasaan sejumlah subsuku Dayak di daratan Kalimantan (kini terbagi menjadi wilayah Indonesia, Malaysia, dan Brunei) yang sangat ditakuti. Kadangkala, mengayau tidak hanya dilakukan dalam peperangan, tetapi juga ketika merampok, mencuri, atau menduduki wilayah subsuku lain.
Sebelum disepakati untuk dihentikan, mengayau makin membudaya karena semakin banyak kepala musuh yang dipenggal (dibuktikan dengan banyaknya tengkorak musuh di rumahnya), seorang lelaki semakin disegani. Bahkan, perselisihan antarsuku terus berlanjut karena masing-masing suku membalas dendam. Perselisihan berkepanjangan itu membuat Residen Belanda di Kalimantan Tenggara yang kini meliputi wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan merasa tidak aman.

Dayak Jangkang Kalbar

Dayak Jangkang

Upacara tradisional yang berkaitan dengan Pertanian dan Kepercayaan, menurut masyarakat pendukung adat dan menurut masyarakat Dayak Jangkang di Kabupaten Sanggau yang dalam penelitian ini ternyata sampai sekarang masih dipergunakan kelestariannya, karena didalamnya masih banyak mengandung pengertian dan pemahaman nilai-nilai serta gagasan-gagasan vital dalam rangka pembinaan sosial budaya terhadap anggota masyarakat setempat. Masyarakat Dayak Jangkang yang terletak di Kabupaten Sanggau di Kecamatan Jangkang di Provinsi Kalimantan Barat yang pada saat ini masih melakukan Upacara Pertanian dan Kepercayaan.

Patuah

Pota Botidokng Bokosile
Patah tumbuh silih berganti

Albert Camus: “To be is to do”
Hidup adalah melakukan sesuatu
Midop ialah ngorija torutn

Jean Paul Sartre: “ To do Is to be”
Melakukan sesuatu itulah hidup
Ngorija torutn nyenlah midop

Filsuf besar Perancis Descrates:
Dengan lantang berseru:
Cogito, Ergo Sum
Saya berpikir makanya saya ada
Oko bopiker le nyen ngka  oko odoh